Call us now :085242845769, 0431-833267 shinealiteclinic@gmail.com

Sejarah sensori Integrasi (SI) diterbitkan kepada publik pertama kali tahun 1966 oleh Jean Ayres Phd OTR tentang intervensi metode SI dan peran OT dalam metode tersebut. Ayres mengembangkan teori Sensori Integrasi untuk menjelaskan masalah penginterpretasian sensasi dari tubuh dan lingkungan serta kesulitan pada akademik dan motor learning dalam memenuhi tuntutan lingkungan yang mempengaruhi manusia untuk melakukan occupation. Seorang terapis okupasi berperan dalam mengevaluasi dan memberi terapi, bila seseorang tidak dapat melakukan tugas hariannya dengan baik. Pada anak-anak, okupasi untuk mereka mencakup: kemandirian, kemampuan untuk mengikuti perkembangan anak, dan kemampuan untuk mendapatkan kegembiraan, kepuasan, dan pengembangan diri dari aktivitas bermain dan semua hal tersebut diperhitungkan sesuai dengan umur anak yang bersangkutan.

Sensori integrasi terpusat di tiga dasar yaitu tactilevestibular dan proprioceptive, ketiganya terbentuk dan terhubung sebelum seseorang dilahirkan dan akan terus berkembang ketika seseorang berinteraksi dengan lingkungannya. Tactile, vestibular dan proprioceptive tidak hanya saling berhubungan, tetapi juga terhubung dengan sistem lain di dalam otak, sistem yang saling terhubung ini akan membantu seseorang untuk survive, dan proses timbal baliknya akan dapat menginterpretasikan dan bereaksi terhadap stimulus yang datang dari tubuh dan lingkungan.

Sensori integrasi membantu secara memadai proses sensorik seorang anak agar tercapai: kemampuan dalam mengolah informasi secara tepat, kemampuan dalam berkonsentrasi, kemampuan organisasi, self-esteem, kemampuan kontrol diri, percaya diri, kemampuan akademis, kemampuan berpikir abstrak, kemampuan spesialisasi dari masing-masing sisi tubuh dan otak. Sistem yang ada pada sensori integrasi meliputi:

1) Sistem Vestibular (Keseimbangan)

Sistem vestibular terletak pada bagian dalam telinga dan berfungsi mendeteksi gerakan dan perubahan-perubahan yang terjadi pada posisi kepala, apakah tegak lurus atau dimiringkan, dan kelainan pada sistem ini terwujud dalam dua cara yang berbeda, beberapa anak hipersensitif terhadap rangsangan vestibular dan bereaksi berlebihan terhadap aktivitas gerakan yang biasa. Sebagian yang lain berperilaku under sensitif, sehingga seringkali mereka menunjukkan perilaku yang berlebih seperti melompat dan memutar tubuh. Vestibular sense adalah indera yang memproses informasi tentang pergerakan (movement), gaya berat (gravitasi), keseimbangan (balance) yang diterima melalui telinga.

2) Sistem Proprioceptive

Proprioceptive adalah sistem yang mengacu pada komponen-komponen dari otot, sendi, dan urat daging yang memberikan kesadaran pada seseorang tentang posisi tubuhnya. Proprioceptive yang berfungsi efisien maka posisi tubuh secara otomatis akan disesuaikan dengan situasi-situasi yang berbeda, serta kemampuan untuk merencanakan tugas-tugas motorik yang berbeda. Proprioceptive sense adalah indera yang memproses informasi tentang posisi tubuh, bagian tubuh yang diterima oleh otot-otot, persendian, tulang.

3) Sistem Tactile

Tactile sense adalah indera yang memproses informasi tentang perasa dan peraba yang diterima melalui kulit. Gangguan pada sistem tactile menunjukkan bahwa stimulus yang datang dari reseptor kulit tidak terproses dengan baik. Sistem tactile adalah sistem yang menginformasikan kepada otak tentang kegelisahan yang dirasakan di bawah permukaan kulit, informasi ini termasuk sentuhan ringan, nyeri, temperatur dan tekanan.

4) Sistem Visual

Menurut Kranowitz sistem visual adalah sebuah proses yang sangat kompleks yang memungkinkan kita untuk mengidentifikasi apa yang dilihat, untuk mengantisipasi apa yang datang ke kita, dan mempersiapkan kita dalam menghadapi sesuatu. Kemampuan persepsi visual adalah kemampuan untuk mengenali hubungan seseorang dalam suatu ruang dengan benda dan dirinya, membedakan suatu objek dengan yang lainnya, membedakan suatu objek dengan latar belakang, mengenali secara tepat ketika diperlihatkan bagian dari sebuah benda secara sekilas, serta kemampuan untuk mengingat secara tepat dan berurutan dari beberapa item.

5) Sistem Auditori

Menurut Kranowitz (dalam Nisrina) dijelaskan bahwa sistem auditori adalah kemampuan untuk mendengar sesuatu atau suara. Kita lahir dengan kemampuan ini, kita tidak bisa belajar bagaimana cara melakukan sesuatu tanpa kita mendengarnya.

Proses auditori bertugas untuk menerima informasi, merasakan dan membedakan antara suara, mengumpulkan dan mengauraikan suara, mengingat apa yang didengar, mengintegrasikan apa yang didengar dan mengekspresikannya menjadi sebuah respon, menentukan asal suara.

Sunanik. (2013). Pelaksanaan Terapi Wicara dan Terapi Sensori Integrasi Pada Anak Terlambat Bicara. Jurnal Pendidikan Islam 1(7), 19-44.